Langsung ke konten utama

Aktivitas Pertambangan Rakyat di Lereng Muria

Pertambangan merupakan sumber perekonomian yang sangat menggiurkan. Banyak hasil yang bisa didapatkan oleh orang yang melakukan penambangan. Potensi yang besar juga berpengaruh terhadap kelangsungan pertambangan. Jika potensi melimpah, maka umur pertambangan di daerah itu akan bertahan lama. Tetapi selayaknya penambangan ini bisa diawasi dan dipantau agar dapat dilakukan penyuluhan tentang tata cara penambangan yang ramah lingkungan.
Kehidupan perekonomian warga lereng Muria didominasi oleh pertanian. Tetapi di sisi lain banyak juga yang menggantungkan hidup pada potensi bahan tambang. Dari yang sekedar mengambil batu-batu sungai sampai yang menggali tanah. Pertambangan yang terdapat pada lokasi ini merupakan pertambangan rakyat. Batuan yang ditambang digunakan sebagai bahan bangunan atau pengeras jalan. Kualitasnya sangat bagus, karena batuan ini memiliki jenis andesit yang umum di jumpai pada kompleks vulkanik di Indonesia. Batuan ini merupakan batuan yang terbentuk dari proses pembekuan aliran lava yang mengalir di permukaan. Stelah membeku kemudian mengalami proses pelapukan dan tertimbun oleh soil atau tanah hasil lapukan. Sehingga seakan batu-batu ini terpendam dan digali untuk ditambang. Tambang-tambang ini ditemukan disekitar Desa Japan dan sekitar Waduk Gunung Rowo.
Ketika saya melakukan survei pada daerah ini. Banyak sekali dijumpai penambangan rakyat. Kemudian yang unik dari penambangan rakyat ini adalah metode yang digunakan. Metode yang digunakan masih tradisional yaitu dengan membakar batu yang akan di tambang selama satu malam. Hal ini bertujuan untuk melunakkan batu, informasi ini kami dapatkan dari warga sekitar. Semoga proses penambangan ini dilakukan dengan bijaksana dan pengawasan dari PEMDA setempat untuk kebaikan bersama.
Potential Mining in Muria Mountain
Semoga tulisan ini bermanfaat untuk pembaca. Jika ada kesalahan mohon dikoreksi melalui kolom komentar di bawah ini. Terimakasih…

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Melihat Puncak Payon Gunung Muria

Saya buka dengan pengalama saya naik ke Puncak Payon gunung Muria. Ketinggian 1.053 mdpl, tapi sudah menyuguhkan pemandangan yang indah. Anda dapat menikmati pemandangan ini melalui jalan kudus-colo, sebelum sampai colo belok kiri pada pertigaan ternadi. Kemudin ikuti jalan lurus terus sampai mentok jalan di lereng puncak payon. Sebelum sampai puncak, pemandangan juga sudah bangus. Anda juga dapat menuju Puncak payon, dari arah desa Rahtawu. Tetapi medan perjalanan sangat ekstrim jika dilalui dengan kendaraan. Dibawah ini merupakan potret Dukuh Semliro, Rahtawu yang diambil dari puncak payon. Pemandangan ini merupakan kenampakan morfologi pegunungan yang merupakan sisa dari aktivitas Gunung Muria yang sudah lama tidak aktif lagi. Kemudin terkena erosi yang cukup kuat, serta dipengaruhi oleh rekahan pada batuan yang menjadi tebing-tebing sungai. Puncak payon merupakan sisa dari kerucut vulkanik Gunung Muria karena erosi menjadi berbentuk seperti “payon” atau dalam bahasa indones

Keindahan Kali Tempur Hulu dari Kali Gelis Desa Rahtawu

Kali Gelis atau Sungai Gelis merupakan Sungai yang membelah Kota Kudus. Sungai ini merupakan awal mula peradaban masyarakat kudus. Dulunya orang-orang kudus ini bermukim di sepanjang tepi Sungai Gelis ini. Sungai ini memiliki hulu di Gunung Muria tepatnya di Desa Rahtawu atau sering dikenal dengan puncak 29. Banyak titik wisata yang bisa dinikmati. Pada hulu Sungai Gelis ini juga disebut Kali Tempur atau Sungai Tempur. Karena banyak sungai yang mengalir dari berbagai arah dan berkumpul di sungai besar ini. Sungai-sungai kecil ini mengalir dari lereng-lereng puncak muria. Banyak potensi wisata dengan alam yang indah. Wilayah hulu kali gelis ini dikelilingi gunung dan memiliki air yang kaya akan mineral.  Upstream of Gelis River in Rahtawu, Kudus Regency Terimakasih kepada pembaca. Semoga tulisan ini bermanfaat, dan jika ada komentar bisa ditulis di kolom komentar dibawah ini.

Singkapan Batugamping di Rahtawu, Gunung Muria

Rahtawu, tepatnya di dukuh Semliro terdapat singkapan batugamping yang menandakan bahwa tempat tersebut pernah menjadi laut. Kemudian muncul Gunung Muria yang menerobos formasi batugamping tersebut. Sehingga sebagian tempat dijumpai marmer. Warga sekitar juga memanfaatkannya sebagai bahan bangunan. Kemudian tersingkap juga formasi batuan muria tua yang sudah mengalami ubahan. Banyak singkapan batuan yang ditemukan disini terutama batuan alterasi yang dominan melingkupi wilayah sentral dari Gunung Muria ini. Banyak yang perlu diteliti disini, banyak yang perlu diungkap disini. sejarah pembentukan batuan-batuan yang ada diwilayah ini merupakan perubahan lingkungan pengendapan yang terjadi selama ribuan tahun. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat. atas perhatian pembaca saya ucapkan terimakasih. jika ada kritik dan saran yang ingin disampakan silahkan di kolom komentar dibawah ini.